Minggu, 17 Januari 2010

Cermin dan Pengalaman Yang Berharga


Pasca Musyawarah Besar (Mubes) II Forum Komunikasi Anak Betawi, FORKABI, melahirkan berbagai macam dinamika, kalau tidak dapat dikatakan perpecahan. Kejadian pertama yang dapat dicatat adalah pernyataan sikap tentang panolakan terhadap susunan kepengurusan yang dibentuk oleh Ketua Umum dan Formatur yang ditengarai “mencomot” sembarang orang, asal tunjuk, dan tanpa melakukan konfirmasi terhadap orang yang ditunjuk menjadi pengurus.

Selajutnya seiring berjalanannya waktu, diakui atau tidak semakin lama FORKABI semakin vakum, miskin dari kegiatan, apalagi kegiatan yang bermanfaat bagi para anggota. Kemilau FORKABI kembali tampak pada saat Kaum Betawi bersepakat untuk mendudukkan Putera Daerah menjadi Kepala Daerah DKI Jakarta. Saat itu, FORKABI menjadi perekat bagi elemen-elemen lain untuk bersatu padu memperjuangkan cita-cita tersebut.

Pada setiap kampanye, FORKABI menurunkan kader dan anggotanya ke jalan, sehingga hamper setiap sudut DKI Jakarta berwarna putih hitam, seragam baru FORKABI yang memang didisain khusus untuk kegiatan Pilkada DKI Jakarta tahun 2007.

Memasuki Pemilihan Umum Anggota Legislatif tahun 2009, tidak tampak aktivitas yang berarti dari FORKABI, yang disebabkan oleh banyaknya kader FORKABI yang mencalonkan diri menjadi anggota DPR maupun DPRD DKI Jakarta yang berlatar belakang Partai Politik berbeda, sehingga pada saat itu FORKABI ada dimana-mana (tidak bersatu/pecah).

Berbeda dengan Pemilihan Umum Anggota Legislatif, pada Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, FORKABI mulai menggeliat dan bersatu padu mendukung salah satu pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden, yakni SBY-Boediono. Untuk mengoptimalkan dukungan tersebut FORKABI membentuk sebuah Tim Sukses, Trisula.

Dari sekian rangkaian kegiatan yang terjadi pasca Mubes II FORKABI, jelas sekali terlihat bahwa FORKABI tidak bertitik tumpu pada keputusan-keputusan dan kebijakan-kebijakan Ketua Umum, akan tetapi semuanya bermuara kepada keputusan-keputusan dan kebijakan-kebijakan Ketua Dewan Penasehat FORKABI, sehingga menjadikan, sekali lagi diakui atau tidak, kedudukan dan fungsi Ketua Umum tidak lebih hanya sebagai “simbol organisasi”, padahal Ketua Umum dipilih oleh peserta Mubes secara langsung, sedangkan Ketua Dewan Penasehat tidak melalui pemilihan langsung peserta Mubes.

Kondisi dimana kedudukan dan fungsi Ketua Umum hanya sebagai simbol organisasi disebabkan oleh adanya sebuah pasal dalam Anggaran Rumah Tangga Forum Komunikasi Anak Betawi tentang Tugas dan Kewenangan Dewan Penasehat, yang berbunyi bahwa dapat menonaktifkan Ketua Umum.

Entah semangat apa yang terkandung dalam pasal tersebut di atas, akan tetapi fakta berbicara bahwa pada setiap event dan kegiatan yang dilakukan oleh FORKABI pasti merupakan keputusan, prakarsa, dan atau kebijakan Ketua Dewan Penasehat.

Menyambut Musyawarah Besar III Forum Komunikasi Anak Betawi, Mubes III FORKABI (entah kapan akan diselenggarakan, karena sampai saat ini belum ada geliat dari para petinggi Dewan Pimpinan Pusat Forum Komunikasi Anak Betawi (DPP FORKABI) untuk menyusun dan menggelar agenda besar ini), diharapkan para calon peserta Mubes untuk dapat berfikir dengan jernih sebelum memutuskan memilih calon Ketua Umum. Calon Ketua Umum yang akan datang harus dapat menggerakkan seluruh rangkaian organisasi demi terwujudnya cita-cita perjuangan FORKABI adalah merupakan sebuah keniscayaan.

Hal itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, oleh karenanya harus disiapkan dan dilihat secara teliti dan seksama, sehingga calon peserta Mubes tidak menjatuhkan pilihan berdasarkan kemilau pangkat dan jabatan dari sang Calon Ketua Umum, akan tetapi juga kepedulian sang Calon Ketua Umum kepada tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang akan diembannya kelak.

Hendaknya dinamika Forum Komunikasi Anak Betawi pasca Mubes II harus pula dijadikan cermin dan pengalaman yang berharga sebelum memutuskan siapa yang berhak dan pantas untuk dipilih menjadi Ketua Umum DPP FORKABI periode 2010 – 2015.

Wallahu a’lam.

(DePe) http://www.exvortex.com/?exv=d_priandes

Senin, 03 Agustus 2009

Hadrah, Kesenian Islam yang Masih Bertahan

Sebagai salah satu kesenian Islam yang sudah berusia puluhan tahun, Hadrah masih sanggup bertahan diantara seni budaya modern lainnya. Di Banjarmasin, Hadrah masih sering dijumpai dalam berbagai acara bernuansa keagamaan seperti sunatan ataupun perayaan perkawinan.
Salah satu grup hadrah yang cukup dikenal di wilayah Kodya Banjarmasin ini adalah Grup Hadrah Sepakat. Sesuai dengan namanya Grup yang dibentuk sejak tahun 1952 ini memang terlahir dari Gang Sepakat di kawasan Teluk Tiram.
Menurut H. Anang Syahrani, grup Hadrah Sepakat yang diketuainya itu sudah merupakan generasi keempat dari para pendiri sebelumnya.
Sementara anggotanya terdiri dari masyarakat yang ada di lingkungan gang Sepakat itu sendiri. "Bahkan antara sesama anggota masih memiliki hubungan saudara."
Sejak awal berdiri, grup ini sudah sering diminta untuk tampil memeriahkan berbagai kegiatan mulai dari lingkungan sekitar hingga tempat-tempat lainnya yang ada di Banjarmasin.
"Kadang kami diminta tampil pada acara penyambutan tamu kehormatan, pergelaran budaya, bahkan sempat tampil di televisi," papar Anang dengan nada bangga.
Anang juga menjelaskan bahwa grup hadrahnya pernah keluar sebagai Juara Pertama sebanyak tiga kali berturut-turut pada Festival Hadrah se Kalsel.
Prestasi ini terbukti dengan banyaknya deretan tropi serta berbagai penghargaan dari berbagai kegiatan yang pernah mereka ikuti.
Keberhasilan itu diikuti dengan banyaknya permintaan untuk tampil dalam setiap acara yang diselenggarakan oleh berbagai instansi pemerintah maupun swasta.
Meski Anang mengakui, anggota grupnya tidak memiliki jadwal khusus untuk latihan seperti sanggar seni lainnya, untuk penampilan yang prima dalam mengikuti festival mereka akan meluangkan waktu berlatih guna memperkaya gerak serta komposisi tarian.
"Kami memang tidak mempunyai jadwal khusus untuk latihan rutin, tetapi bagi mereka yang mau bergabung bisa langsung ikut tampil pada barisan belakang misalnya pada acara perayaan perkawinan di kampung," ungkap Anang yang sesekali masih tampil bersama grupnya sebagai penabuh tarbang.
Sayangnya, kesenian rakyat yang dalam penampilannya sering didukung para penari putra dan putri dengan pukulan tarbang sebagai musik pengiringnya ini, mengalami kendala untuk menjaring anggota remaja.
"Mereka kelihatannya lebih menyukai seni dan hiburan modern, meski masih ada sebagian kecil yang berminat menekuni rudat hadrah ini," keluh pria yang sejak usia muda sudah ikut berkecimpung dalam grup ini.
Meski demikian, ia terus bertekad untuk tetap mengembangkan grup yang sudah berumur puluhan tahun dan merupakan salah satu kelompok kesenian hadrah yang masih berkembang di kota Banjarmasin ini.

yeyen y syeh

Sabtu, 01 Agustus 2009

Forkabi Selamatkan Pak Beye

Kampanye perdana pak beye dan pak boed di hal d 1 jakarta international expo adalah sebuah kelanjutan. awal dari kampanye itu sudah dimulai sejak 22 februari 2009 di pendapa cikeas, gunung putri, bogor, jawa barat. dari halaman pendapa yang diberi gantungan sembilan lampu itu, semua upaya mempertahankan kekuasaan direncanakan, dilaksanakan, dan rencana itu kini dilanjutkan.
setting-an kampanye tertutup perdana di tempat bu hartati murdaya berbisnis itu tidak jauh berbeda dengan setting-an kampanye-kampanye sebelumnya. kampanye tertutup di magelang, tempat pak beye menimba dasar-dasar ilmu peperangan, menjadi pola yang dipakai untuk kampanye berisi pidato tunggal pak beye itu. di mageleng kampanye tertutup itu diberi nama town hall meeting.
meskipun dirancanng mirip dan nyaris sama, ada berbeda hal berbeda antara kampanye perdana pak beye dan pak boed dengan town hall meeting di magelang. yang mencolok terlihat adalah, tidak terisi penuhnya kursi yang telah disiapkan foxindonesia. kursi di depan panggung tempat pak beye hanya terisi separuh. di sisi kiri dan kanan ada semperempat ruangan berisi kursi yang kosong. sementara saat kampanye demokrat di magelang, kursi yang di siapkan sudah penuh bahkan sejak satu jam sebelum acara di mulai.
hari yang dipilih mungkin berpengaruh. di magelang acara dilakukan minggu pagi. di kemayoran acara dilakukan kamis malam. di magelang adalah akhir masa kampanye. di kemayoran adalah awal masa kampanye. mungkin ini berpengaruh. jadi soal tidak penuhnya hall d 1 masih bisa dimaklumi atau masih ada harapan perbaikan. itu tentu saja untuk yang berpikir optimistik. hehehe.
tapi bukannya untuk kampanye pak beye-pak boed, ada 24 partai politik pendukung ya? kemana mereka semua? jangan-jangan memang benar apa yang dikatakan pak kalla. bus boleh parkir di cikeas sana, penumpang ada di mana-mana.
di luar persoalan itu, dalam kampanye di kemayoran, pak beye dan juga pak boed memang harus berterima kasih pada forkabi. anda tahu forkabi kan? ya. forum komunikasi anak betawi yang duduk sebagai ketua dewan penasehatnya adalah mayor jendral purnawirawan tentunya, nachrowi ramli.
sampai pukul 19.00 seperti jadwal acara yang direncanakan, hall d 1 hanya berisi separuh saja. pada jam itu, pak beye dan pak boed sudah datang dan menunggu di ruang tunggu. sampai pukul 19.25, kursi masih lowong. namun, sesaat kemudian, ratusan orang dengan seragam putih hitam bertuliskan forkabi bergelombang datang. pukul 19.30, saat pak beye dan pak boed masuk hall d 1, ruangan sudah lumayan terisi. meskipun demikian, massa entah dari mana asalnya tetap diijinkan masuk dari pintu-pintu rahasia.sebuah tindakan terlarang jika pak beye berposisi sebagai presiden.
pidato kemudian dibacakan pak beye dengan bantuan dua teleprompter di sisi kiri dan kanannya. empat puluh menit lamanya pak beye berpidato disauti tepuk tangan yang kali ini tidak dilarang dan diatur. ada juga teriakan-teriakan lanjutkan yang dikomando sehingga mengambah semarak acara.
meskipun berbeda dalam kepadatan massa, kampanye di magelang dan di kameyoran sama dalam hal logisitik. banjir logistik ada di mana-mana. di masing-masing kursi diletakkan kaos, banner, stiker, kalender, dan alat peraga kampanye lainnya. tidak usah saya ceritakan seperti apa bentuk alat peraganya karena semua televisi terutama yang menjadi televisi resmi cikeas sudah menayangkannya.
ngomong-ngomong, anda kebagian aneka macam alat peraga kampanye pak beye-pak boed atau tidak ya?
yang hadir di kemayoran seperti ibu-ibu majelis dzikir sby dalam foto di atas, bahkan kesulitan harus membawa pulang aneka atribut kampanye.

Oleh wisnu nugroho - 5 Juni 2009